Sabtu, 05 Maret 2011

cerpen..

BERI AKU 1 HARI LAGI

Hangatnya mentari pagi dan kicauan burung telah membangunkan aku tepat pukul 05.30. Tapi rasanya aku masih enggan untuk keluar kamar, bahkan untuk sekedar memikirkan kejadian yang baru kualami. Cobaan terberat dalam hidupku. Beberapa waktu yang lalu sepulang sekolah aku pergi ke rumah sakit, karena saat aku disekolah pingsan dan saat itu dokter memvoniskan terkena kanker otak stadium akhir. Rasanya aku udah nggak punya semangat hidup lagi dan sekarang aku sakit hati, karena lagi-lagi cintaku bertepuk sebelah tangan.

“Tuhan …kenapa kau berikan aku cobaan seberat ini? , di saat aku yakin Fendy adalh cowok yang tepat buat aku, tapi kenapa dia malah suka ama teman sekelsaku?” batinku di sela air mata yang keluar membasahi pipiku.

“Fen, kenapa kamu nggak mau tau sedikitpun tentang perassanku? Kenapa kamu nggak pernah sadar kalau aku perhatian ma kamu? Apa selama ini kamu Cuma nganggep aku temen? Apa karena umurku udah nggak lama lagi? Terus aku nggak boleh buat suka ama kamu? Tapi kenapa dengan Nisa?” jeritku dalam hati.

Setelah aku sadar dari lamunanku. Ku melihat jam di dinding kamarku. Ups…udah jam setengah 7 dan tanpa kusadari aku melamun udah hamper 1 jam. Bergegas ku menyambar handukku dan pergi mandi. Sekitar 20 menit aku udah selesai mandi dan siap dengan seragam sokolahku. Buru-buru aku berangkat sekolah setelah pamit sama mama dan papaku.

Untungnya aku tidak terlambat sampai di sekolah dan saat aku berjalan menuju kelasku, tanpa sengaja aku benabrak seorang cowok yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku terjatuh dan cowok yang kutabrak tadi tersurut mundur beberapa langkah.

“Eh sorry –sorry aku tadi terburu-buru dan gak sengaja nabrak kamu,” kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya padaku.

“Eh, enggak-enggak seharusnya aku yang minta maaf karena aku tadi jalannya meleng,” kataku agak gugup.

“Gak pa-pa kok. Oooh ya kenalin aku Rey,” kata cowok itu lagi sambil mengulurkan tangan.

“Aku Aina, kamu anak baru ya, kok sebelumnya aku gak pernah liat kami sii?”

“Iya, aku anak baru pindahan dari Surabaya, aku kelas XI IPA 2”

“Ooww….jadi kamu kakak kelasku donk. Eee…Kak maaf ya aku buru-buru mau ke kelas, soalnya bentar lagi mau bel,” kataku pada kak Rey. “Ok..aku juga buru-buru mau ke perpus,” kata kak Rey.

Setibanya di kelas, aku duduk di bangkuku. Bayangan Fendy masih saja menyelimuti pikiranku. Padahal ini bukanlah sakit hatiku yang pertama, tapi rasanya ini yang paling menyakitkan. Mungkin aku udah terlanjur cinta ama Fendy. Dia begitu kukagumi. Di mataku dia begitu perfect.

Dita, sahabat dekatku yang sedari tadi melihat aku bengong langsung mengagetkan aku.

“Na, kamu kenapa sii dari tadi kuliatin kok bengong aja. Pagi-pagi lho,” Kata Dita sambil menepuk bahuku. Aku hanya diam, dan tidak menjawab pertanyyan Dita.

“Na, kamu masih kepikiran Fendy” kata Dita lagi. Aku hanya mengangguk.

“Udahlah Na, lupain Fendy, cowok kan nggak cuman dia, aku yakin kamu bisa, mana Aina yang aku kenal dulu? Aina yang kuat, Aina yang Tegar , coba mulai lembaran baru, dan coba buka hati kamu buat orang lain,” ucap Dita panjang lebar.

“Tapiiii…..sulit Dit,”jawabku lemas.

*****

Sudah 2 hari semenjak perkenalan kak Rey, Aina gak pernah muncul lagi di sekolah. Kebetulan para guru sedang rapat bulanan di kantor. Jadi kebanyakan siswa menggunakan kesempatan baik itu untuk bermain-main. Tapi berbeda berbeda dengan Dita, dia memilih berdiam diri di kelas, dia sedih karena Aina dirawat di rumah sakit dan dia pun baru tahu tadi pagi saat dia ke rumah Aina. Dia hanya bertemu dengan pembantunya dan pembantunya bilang kalau Aina dirawat di rumah sakit.

Saat Dita tengah asyik dengan kesedihannya, tiba-tiba seorang cowok masuk ke kelas Dita.

“Hai, kok sendirian aja sii? Boleh aku masuk?” Tanya cowok itu.

“Kamu siapa? Masuk aja gak pa-pa kok!” kata Dita

“Kenalin, aku Rey, sorry kalo aku ganggu kamu, ehmm…kamu Dita kan? Temen deket Aina?” Tanya Rey.

“Ya, kok kak Rey tau aku temen deketnya Aina? Trus kakak kok kenal ma Aina sii?”

Ya kenal donk, aku kan salah satu pengagumnya dan aku tau kalo kamu temen deketnya, soalnuya aku selalu lihat kamu bersama Aina” By the way, Aina kemana ya? Kok aku gak pernah liat dia sii?”

“Aina dirawat di rumah sakt kak, kata pembantunya dia sedang kritis, tapi pembantunya gak tau Aina sakit apa,” jelas Dita.

“Terus, kamu udah njenguk dia?” Tanya kak Rey.

“Rencana sii entar pulang sekolah, kalo kakak mau, kaka ikut aja”.

“Ok deh kalo gitu ntar pulang skul kakak tungggu kamu di gerbang,” kata kak Rey.

*****

“Siang Om, Tante, “ sapa Dita dan kak Rey pada orang tua Aina.

“Eh Dita, silahkan masuk Dit….!”

“Makasih Tante, O..ya gimana keadaannya Aina? Dan ngomong0ngomong dia sakit apa ya Tan? Tanya Dita pada mamanya Aina.

“Aina…dia sakit kanker otak stadium akhir”.

Dita dan kak Rey kaget mendengar pernyataan dari mamanya Aina.

“Sekarang ini keadaannya kritis dan kata dokter sudah tak banyak harapan,” lanjut mama Aina yang tak kuasa menahan tangis.

“Oh ya, tadi tante nemuin ini di kamar Aina,”kata mama Aina lagi sambil ngasih diary kecil kepada Dita dan Kak Rey.

“ Dan salami ini Aina emang gak pernah cerita ke siapapun kalau dia sakit, karena dia gak mau ngrepotin orang banyak dan itu adalah diary pertama dan satu-satunya yang pernah ditulis Aina., jadi Tante mohon kepada kalian, bahagiain Aina di hari-hari terkhirnya ini,” Tambah mama Aina.

Perlahan Dita dan kak Rey mulai membaca diary itu.

Dear Diary…

Aku bingung sama perasaanku saat ini. Aku merasa aneh dan jantungku berdebar kencang saat aku melihat kak Rey. Padahal sebelumnya aku juga berkali-kali suka ama cowok tapi rasanya gak nyampe kayak gini dan aku baru sadar kalo selama ini aku suka ama cowok itu bukan karena cinta ama mereka, tapi cuma kagum. Dan aku salah mengartikan itu sebagai perasaan cinta dan sekarang aku baru merasakan cinta yang sesungguhnya kepada kak Rey. Tapi aku nggak boleh jatuh cinta ama dia. Hidupku dah nggak lama lagi. So aku harus nglupain Kak Rey dan perasaan ini akan aku simpan sampai suatu saat nanti. Aku tunggu kak rey di surga…

Setelah membaca diary itu, air mata Dita dan kak Rey pun nggak bisa tertahan lagi. Saat itu pula Aina baru sadar. Dia memanggil-manggil nama kak Rey. Kak Rey pun menghampiri Aina. Dia menggenggan tangan Aina yang memucat.

“Na, kakakmohon, kamu harus bertahan. Kakak yakin kamu kuat ! Na, bertahanlah demi kakak, demi orang yang saying sama kamu. Na, kakak saying sama kamu. Kakak cinta sama kamu. Kemarin kakak mau ngungkapain persaan kakak, tapi kamu nggak masuk.” Ucap kak Rey sambil membelai rambut Aina yang mulai rontok.

“Kak….Aina sudah nggak kuat lagi kak. Aina…..Cuma mau bilang kalau Aina saying ma kakak. Aina juga cinta ma kakak. Makasih, karena kakak udah beri kebahagiaan buar Aina di hari terakhir Aina. Aina tunggu kakak di sana…..” lirih, dan itu adalah hembusan nafas terakhir Aina.

“Aina maafin kakak karena kakak belum sempat bilang ma kamu tentang perasaan kakak. Semoga kamu bahagia dan tenang di sana,” ucap kak Rey dalam hati .

J*****J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar